Saturday, October 5, 2013

kisah pada secarik kertas.



ini kisah tentang seorang perempuan yang menyimpan ruang-ruang di hatinya untuk sesosok lelaki yang ditemuinya suatu ketika. cinta pada pandangan pertama.

sepasang mata legam dan segaris senyuman yang tak sengaja ia temui itu memperkenalkannya pada gelimang bahagia, pada gelenyar hangat di dada. semuanya tercecap sebagai candu.

entah takdir sedang berada di pihaknya, atau hanya kebetulan belaka, selalu ada pertemuan-pertemuan selanjutnya yang tidak pernah direncanakan. perempuan dan lelaki itu seringkali berada di waktu dan ruang yang sama.

ia mencari-cari lagi kenyamanan yang sempat terkecup sebentar. diperhatikannya si lelaki dalam jarak, dalam rentang yang sekiranya tak begitu menarik perhatian. ia menghindari hal-hal yang membuat si lelaki tau, bahwa ada perempuan yang diam-diam suka menatapnya dari kejauhan.

ia tidak membakukan semua yang ambigu itu menjadi sebuah perkenalan yang berbentuk nyata. tidak. ia ingin merahasiakan semuanya, memendam rasa yang sewaktu itu masih ragu ia namai cinta.

semuanya berjalan sebagaimana mestinya. perempuan itu sudah cukup mendapatkan inginnya. ia bahagia dan dengan ini tidak ada yang terluka. sempurna? tadinya. sampai kemudian, ada yang lain yang mencuri semua kesenangannya.

namanya... tiara.

seorang gadis lain yang mengulurkan tangan dan menyuarakan namanya di hadapan lelaki itu. mungkin tidak hanya itu. mungkin masih ada narasi-narasi lain yang kemudian membuat mereka berdua lalu disebut sebagai sepasang kekasih.

gadis itu entah bagaimana berhasil memunculkan binar yang tidak pernah tampak sebelumnya. mata lelaki itu bercahaya, seolah berkata bahwa adalah surga berada di dekat gadis itu.

ada perih yang menggelitik, setiap kemesraan pasangan baru itu lewat dihadapannya. seperti mata pisau yang tak sengaja tertelan, katanya. cemburu?

gadis bernama tiara itu telak membuat perempuan pemuja rahasia jatuh pada penyesalan. tentang keputusannya bersembunyi dibalik bayang-bayang. tentang ketakutannya melakukan awalan sesederhana berkenalan. tentang merasa cukup hanya menatap dari bilik tak terlihat.

entahlah, akhirnya mungkin akan jadi benar-benar berbeda jika ia memilih jalan yang satunya.

perempuan itu layu, sendu.

ia merasa ... terlambat.

3 comments: