Thursday, September 5, 2013

Surat yang ke.....berapa?



Hey, ra. Lama tak berbincang. Bagaimana kabarmu? Baikkah? Semoga.
Aku? Aku... Aku baikbaik saja disini (entah ini pernyataan atau doa,ra). Hanya masih sering merindukanmu. Boleh kan?

Aku tidak lagi berdoa kamu kembali, taukah? Bukan. Bukannya aku tidak mau bertemu kamu. Hanya saja aku mulai menyadari banyak hal, ra. Dan akhir-akhir ini aku mulai mengerti, tidak mungkin hal semacam ini terjadi. Terlalu percuma bermimpi orang mati hidup lagi. Benar kan?

Ohya, sekedar mengabarkan, aku masih berdiri sendiri, ra. Aku tidak mengikuti saranmu untuk mulai "berbagi". Sebenarnya pernah sih kucoba satu kali, tak lama setelah kamu pergi. Tapi ... duh! Seperti yang sudah kuduga, semua berjalan jadi tak semestinya. Tidak buruk sih. Hanya saja ... ah entahlah!

Namun, bukan masalah kok, ra. Tidak apa-apa sendirian. Aku ingat katakatamu dulu. "Kita ini dua perempuan tangguh. Perempuanperempuan luar biasa kuat ditengah dunia kita yang super jungkir balik."

Hahaha katakata magis.

Lalu, kamu tau, ra? Kilas balik beberapa bulan ke belakang, aku menonton sebuah film drama kolosal. Yang aku ingat, kalimat pembukanya adalah... "pernah gak kalian sahabat selama hampir sepuluh tahun lamanya, dan gak satu weekendpun lo lewatin tanpa nongkrong bareng."
Duh! Apa reaksimu mendengarnya, ra? Menyombongkan diri karena yang kita miliki lebih segalanya dari punya mereka, ya kan? Aku juga :D

Hmm, sekarang yang tersisa hanya kenangan.

Tapi aku yakin kok ra, kita bisa bertahan sampai jauh ke depan. Kita tidak akan terpisah, kalau maut tidak membelah secepat ini. Namun ya mau bagaimana lagi,memang tidak ada yang abadi karena pada akhirnya kematian selalu membatasi.

Ah, sudahlah. Kita memang cuma bisa menjalani apa yang sudah Tuhan takdirkan. Kalaupun sakit, nikmati sebisanya.

Itu saja yang ingin kuceritakan kali ini, ra. Kukirim tulisan lagi nantinanti.
Bye ra, semoga tidurmu nyenyak.

No comments:

Post a Comment