Hey, aku memutuskan untuk menuliskan "kamu" setiap bulan. Aku percaya kamu membaca. Memang namamu tidak ada di kotak "yang setia". Namun aku yakin, kamu adalah satu diantara berapa ribu sekian "yang hilir mudik bertandang" :)
Memang yang gamblang seperti ini hanya sekali dalam sebulan. Tidak apa kan? Harus tidak apa-apa! Semua tau kalau pusat tatasurya itu matahari, bukan kamu. Jadi kamu -dan aku- tidak bisa menjadikan segalagalanya adalah selalu tentang kamu. Benar?
Tapi sejujurnya, banyak yang terselubung adalah untuk kamu lho, ra..
Dara, maaf tentang yang kuucapkan kemarin. Tentang aku membencimu. Aku baru sadar, itu terlalu ... goblok. Dan sedikit selfish, mungkin?
Telaahku, marah itu wajah lain dari kehilangan. Ya aku kehilangan, kamu tau itu. Aku sedang ... apa ya? Aku... Aku sedih tidak lagi memiliki partner in fun, partner in down, bahkan partner in crime. Aku tersesat, ra, Karena sejatinya you are my person. Kalau aku adalah Meredith Grey,maka kamu adalah Christina Yang.
Aku rindu. Dan kamu... kamu tidak ada di sini. Aku tidak bisa berbuat apa-apa, selain menenangkan rasa. Yang akhir-akhir ini muncul adalah benci, ra. Aku benci kamu pergi. Aku benci kamu tidak menepati janji. Aku benci kamu tidak mengajakku serta. Aku benci. Aku marah, entah sebenarnya pada siapa. Kamu? Bukankah mati bukan yang kamu pilih? Tuhan? Bukankah Tuhan selalu jadi Yang Mulia?
Perspektif ku sedang kacau, dara. Yang aku pikirkan selalu menyimpang. Aku menyalahkanmu atas segala yang melanda kini.
Kalau kamu tidak datang dan membuatku tergantung serta terikat, aku tidak akan kehilangan sedemikian dalam. Kalau kamu tidak menjanjikan ini itu -bertahan bersama menghadapi hidup yang sulitnya naudzubillah dan lain sebagainya- harapku tidak akan melambung terlalu tinggi, dan aku tidak akan jatuh begitu keras seperti ini. Kalau kamu tidak mendekatiku dan mengajakku bersahabat, aku masih duduk manis dalam zona nyaman kesendirianku. Kalau kamu ... blablabla.
Baru aku sadari, aku tidak akan ada di sini jika bukan karena kamu,ra. Mungkin aku memang terpuruk dan harus melewati duka yang berlarut-larut karena pernah berkenalan dengan kamu. Tapi mungkin aku akan jadi jauh lebih buruk kalau sama sekali tidak bertemu kamu.
Entahlah, ra. Aku hanya ingin kamu kembali.
Ohya, aku masih menyukainya, kok. Berceloteh denganmu,ra. Semua yang kukatakan sebelumnya adalah dusta. Buktinya aku masih setia kan menuliskan surat-surat ini. Yah, memang rasanya tidak sama dengan dulu, namun aku mengerti kok, kalau surga dan dunia itu dua alam yang benar-benar berbeda. Wajar saja komunikasi hanya bisa satu arah.
Haha, memang tolol sekali mood ku kemarin, kemarin dan kemarinnya. Emosi sesaat yang benar-benar konyol. Tidak ada benarnya sedikitpun. Maaf ya..
Dan ra, selamat bulan baru :)