Sunday, October 4, 2015

hujan juga memilih pergi.



Gadis itu tidak bersahabat dengan banyak orang. Bahkan.. hanya hujan satu-satunya teman. Yang ia percaya untuk berbagi cerita. Yang ia pilih untuk melukiskan air mata. Hujan selalu menjadi yang paling mengerti. Pun dalam diam, ia tau kapan harus memeluk dengan dinginnya, kapan harus ikut merayakan bahagia dengan tariannya.

Sayang.. Dalam kepala gadis ini, musim tak kunjung berganti. Matahari menawarkan panas paling panjang, dan hujan telah kalah jauh sebelum berperang. Ia lari terbirit-birit membawa badai ke puncak Sagarmatha. Menghilang dan begitu saja lupa pada gadis yang selama ini bergantung padanya. Ah, ia hanya takut mati. Bukankah semua ciptaan Tuhan memang selalu punya insting bertahan? Menyelamatkan diri dari apa yang sekiranya mengancam, tak peduli pada janji menemani yang selama ini ia genggam.

Oh.. Padanya, hujan tidak pernah benar-benar peduli. Yang penting tidak mati.. Yang penting tidak mati.. Terbukti, lihatlah kini.. Hujan tidak sudi datang mengorbankan diri, meninggalkan si gadis kembali berakhir sendiri.

Kasihan.. Daripada mati, hujan juga memilih pergi..

4 comments: