Sejak dulu,
ternyata banyak hal-hal yang kamu beritahukan tapi tidak pernah aku dengarkan ya, ra.
Yang benar, tapi baru kusadari pentingnya kemudian.
Meskipun terlambat, lamat-lamat mulai aku ingat.
Katamu, terlalu bodoh kalau dunia yang kita bangun hanya sebesar bola mata orang lain.
Ujarmu, cuma kita sendiri yang tau bagaimana rasanya berjalan dengan sepatu ini.
Tanyamu, bukankah yang terpenting adalah apa yang kita inginkan, bukan yang mereka mereka pikirkan.
Seandainya dulu aku tidak secepat itu menutup pintu, ra, kata-katamu pasti jadi pelampung penyelamat.
Hatiku ini..
Barangkali tidak akan hanyut atau tenggelam,
tidak seluruh maupun sebagian..