Tuesday, November 25, 2014

remah - kamu



(1) aku menunggu kamu pulang.
aku menunggu musim hangat yang menjelma dalam pelukan.

(2) ayo kita bangun rumah impian kita.
dengan dinding berlapis bahagia,
dan lantai penuh berserak cinta.

(3) terimakasih atas kejutan malam minggu,
terimakasih kepada kamu dan seribu tahun waktu.


Saturday, November 8, 2014

kata-katamu yang kosong.



Kau bilang, aku tidak boleh memberikan segalanya. Aku tidak boleh terlalu mudah percaya pada dunia. Bukan karena apa-apa, hanya saja beberapa orang terlatih untuk  menyia-nyiakan apa yang sudah diperolehnya.

Kau bilang, aku tidak boleh bergantung pada siapa-siapa. Aku harus mandiri dan mencoba berdiri sendiri. Sebab, tidak ada yang tau kapan orang-orang akan pergi dan kita menjadi seorang diri.

Lucu..

Kau bicara seolah-olah tidak ada yang abadi. Sedang, baru kemarin kau menjanjikan selamanya. Baru kemarin kau bilang kau tidak akan kemana-mana. Aku pun sudah memutuskan untuk menetap sampai pada akhirnya. Kau memintaku menyisakan sesuatu untuk diriku. Padahal baru sesaat lalu kau menerima semua pemberian dengan sukarela dan tangan terbuka. Kau menikmati semuanya. Hatiku... hariku...

Kau berkata kosong. Tidak ada gunanya ketika aku sudah terlanjur ini itu. Pun, sedari awal diberitahu, aku tidak akan merubah rute perjalananku. Aku melakukan apa yang benar-benar  jadi inginku. Memberikanmu ... aku.

Aku memutuskan untuk tidak peduli  konsekuensi dan hanya terfokus pada masa kini. Bukan kah memang seperti itu seharusnya? Buat apa mengkhawatirkan masa depan yang belum tiba? Buat apa menyesali masa lalu yang sudah tiada? Lebih baik menikmati saat ini. Saat aku pulang. Saat aku merasa tenang. Ya kan?